Seberapa Kuat?
Seberapa kuat manusia bisa menahan diri untuk tidak mengumbar kesedihannya.
Manusia sejatinya adalah makhluk yang lemah karena memiliki hati, dan makhluk yang "baper" karena memiliki perasaan. Tetapi, mengapa kita dapat melihat dua sisi manusia? Di satu sisi ada manusia yang kuat, dan di sisi lain ada pula yang lemah. Sebenarnya apa yang dimaksud "lemah" itu?
Manusia dapat melakukan apapun jika hati dan keinginannya "mau" (dan Tuhan menghendaki). Manusia dapat berusaha sampai melewati batas kelemahannya jika dia benar-benar mau berusaha. Tetapi apa yang membuat manusia lemah?
Hatinya.
Jika hati manusia sudah lemah, dia akan cepat tersinggung, mudah marah, mudah sakit hati, dan sebagainya. Dan kalau hati manusia sudah lemah, dia tak akan bisa mengontrol kesedihannya untuk diumbar ke khalayak ramai. Di dunia maya maupun di dunia nyata sekalipun.
Banyak sekali contohnya sekarang. Jika suasana hatinya sedang bagus, maka dia update status yang bagus-bagus pula. Namun jika hatinya sedang galau, dia akan update status tentang kegalauan pula. Ditambah lagi, dia akan menghapus foto profil whatsappnya. Itu yang banyak terjadi sekarang.
Sulit memang untuk mengendalikan tidak mengumbar kesedihan kita. Namun jika kita melakukan itu terus-menerus, presepsi orang lain terhadap kita juga akan memburuk. Mereka akan menilai kita lemah dan terlalu "baperan". Padahal mungkin saja tidak sepenuhnya seperti itu pada kenyataannya.
Tidak ada salahnya mengungkapkan suasana hati yang sedang dirasakan ke publik. Tapi apakah kamu tahu bahwa aura negatif dapat menular? Manusia ada yang mudah terpengaruh, ada juga yang tidak. Manusia yang mudah terpengaruh akan mudah sekali terpengaruh oleh hal-hal positif maupun hal-hal negatif. Jika kita mengungkapkan kesedihan kita ke publik dan orang yang mudah terpengaruh itu melihat, bisa saja dia jadi ikut sedih.
Contoh lain hati yang lemah adalah pribadi yang suka mengeluh. Dia yang sering memgubar keluhannya di sosial media, akan terlihat seperti manusia yang kurang bersyukur.
"Bagaimana jika kita update yang bagus-bagus namun hanya pencitraan?"
Pencitraan terjadi jika kita update hal-hal yang ingin terlihat bagus di mata orang lain. Sekalipun bukan hal yang benar-benar terjadi pada kenyataannya. Lalu, apakah kita harus melakukan pencitraan?
Tentu saja tidak.
Pencitraan dilakukan hanya untuk membuat orang lain terkesan. Namun jika kita membagi hal-hal positif dan bermanfaat yang tidak melulu tentang kehidupan kita, itu bukanlah pencitraan. Berbagi hal positif tentunya lebih baik. Jadilah kuat. Jadilah pemilik hati yang kuat. Pemilik hati yang tidak mudah baper dan tersinggung. Karena apa yang orang lain bicarakan tentang kita, sejatinya hanyalah sebuah "kata-kata".
4 Juni 2019.
Lumayan juga penulisannya hehe
ReplyDeleteTerima kasih!
Delete